Selasa, 20 November 2012

PROFILE IWAN FALS


SOSOK PROFILE IWAN FALS
SANG SENIMAN YANG PEMBERANI & TERUS 
BERKARYA UNTUK INDONESIA....









Pada tanah yang sama kita berdiri, pada air yang sama kita berjanji, karena darah yang sama jangan bertengkar, karena tulang yang sama usah berpencar, Indonesia...... Indonesia......
(Iwan Fals, Di Bawah Tiang Bendera)


Lugas, khas, kadang keras menyengat, kadang lembut menyentuh, tak jarang pula ia bertutur dengan bercanda, tapi yang jelas semua lirik lagunya syarat dengan pesan arus bawah, keadilan, dan kedamaian. Itulah yang tertangkap pada lagu-lagu Iwan Fals. Sehingga terkesan Iwan lebih banyak mengkritisi keadaan bangsa dan kebijakan pemerintah daripada musisi lainnya. Lagu-lagu Iwan memang lebih menyuarakan ketidakadilan dan ketimpangan-ketimpangan sosial.

So, wajar aja kalau majalah TIME menobatkan Iwan Fals sebagai salah satu "Pahlawan Besar Asia". Dalam situs majalah TIME Asia tertulis "Iwan Fals Sings a Timeless Message of Justice for All". Di malajah TIME Asia edisi 29 April 2002, pelantun lagu Oemar Bakri ini disejajarkan dengan tokoh-tokoh besar asia lainya, seperti novelis Pramudya Ananta Toer, aktor Jackie Chan, pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi, pendeta Tibet Karmapa Lama, Xanana Gusmao dll.

Munurut Jason Tedjasukmana, wartawan TIME Asia, Iwan Fals berbeda dengan boy band di belantara industri musik Indonesia. "Para boy band tidak mempersoalkan kediktatoran, sementara Fals sebaliknya. Fals tetap berdiri ketika yang lainya merunduk. Mereka pun (boy band kebanyakan) tidak mengangkat tema sensitif ke dalam lagu-lagu mereka, yang orang-orang lain juga takut melakukannya. Berbeda dengan Fals," katanya.

Dalam tulisannya, TIME juga menulis "Fals adalah duri bagi siapa pun yang menyalahgunakan kekuasaan mereka" dan "Menyanyi dengan suara hati", adalah kalimat-kalimat yang dalam bahasa Inggris dipasang di atas judul artikel tentang Iwan Fals. Selain itu, dalam artikel tersebut, Jason menceritakan betapa Fals punya banyak penggemar di mana-mana di Indonesia hingga sekarang.

Lirik dan model lagu Iwan Fals yang blak-blakan penuh sindirian, rupanya tak lepas dari liku-liku perlananan hidup Fals yang penuh perjuangan. Bahkan ketika namanya sudah dikenal orang pun, Iwan masih sering ngamen dan bahkan pernah jadi supir omprengan Pasar Minggu-Depok, pp.

Belajar Gitar, Ngamen, Hingga Rekaman
Iwan dilahirkan pada 3 September 1963 dengan nama Virgiawan Listianto sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara dari pasangan Haryoso dan Lies. Perjalanan karir musik Iwan di dimulai sejak berusia 13 tahun. Saat itu dia masih sekolah di SMPN 5 Bandung. Dia mengenal gitar pertama kali melalui teman-teman nongkrongnya.

"Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi. Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku," katanya. Di SMP itu juga, pernah suatu ketika seorang guru menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum mahir, Iwan memberanikan diri karena ada cewek yang jago mainin gitar. "Gengsi dong!" Pikir Iwan waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku. Dengan bekal kemampuan bermusik yang masih pas-pasan, Iwan mulai berani ngamen di seputar Kota Bandung.

Ketika SMP-nya belum selesai, Iwan sempat mengenyam pendidikan di sekolah KBRI, Jedah, Arab Saudi, selama delapan bulan. Tapi ia tak betah karena selalu rindu kampung. Akhiarnya, dia pergi ke Ka'bah dan berdoa agar ditunjukkan jalan untuk kembali. "Saya bilang waktu itu saya akan bersungguh-sungguh menjadi penyanyi yang tenar," akunya. Do'anya terkabul. Maka pulanglah Iwan sambil membawa gelar haji.
Kegandrungnya paga gitar terus berlanjut. Agar Iwan merasa diterima dalam pergaulan teman-temannya yang mahir main gitar dia memainkan lagu-lagunya sendiri. Dia membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor dan merusak lagu orang agar bisa menarik perhatian. Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, Iwan menyanyi.

Seiring dengan perjalanan waktu, lagu-lagu Iwan mulai terkenal, tidak hanya di Bandung tapi juga Jakarta. Banyak kaum muda masa itu yang menggandrungi dan memainkan lagu-lagunya. Berbekal itu, Iwan mulai berani menerjuni dunia rekaman. Saat masih sekolah di SMAK BPK Bandung ia pergi ke Jakarta. Bersama teman-temannya dari Bandung, yakni Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam kelompok Ambradul, Iwan melempar album. Namun penjualan album itu kurang memuaskan. Iwan pun sempat rekaman lagu-lagu humor bersama Pepeng (pembawa acara kuis Jari-jari di RCTI), Krisna, dan Nana Krip.

Setelah melakukan rekaman sekitar empat album, akhirnya Iwan rekaman di Musica Studio, merilis album Sarjana Muda. Melalui album ini, nama Iwan Fals sebagai penyanyi dan musisi mulai membahana. Lagu-lagunya dikenal memiliki karakter, tidak hanya musiknya tetapi juga lirik-liriknya yang lugas dan sarat dengan ungkapan sosial. Tak heran, hampir semua album solo perdananya populer di kalangan anak muda.

Iwan melempar album Oemar Bakri pada tahun 1981. Sejak itu album-album bernada kritisnya beredar di pasaran. Di Pekanbaru ia pernah ditahan selama seminggu. Lalu di Kramat V Jakarta, diinterograsi selama tiga bulan dan pernah ia dikenakan wajib lapor tiap hari.
Sejak saat itu Iwan sering bergabung dengan musisi-musisi ternama seperti, Ian Antono (gitaris Gob Bless), Sawung Jabo, Naniel, Totok Tewel, Yockie Soerjaprayogo, bahkan penyair kawawakan Rendra dan Setiawan Djodi yang tergabung dalam Kantata Takwa. Nama Iwan pun semakin melekat di ati penggemarnya.

Walau sudah terkenal Iwan tetap melanjutkan ngamen di jalanan. " Kalau aku ngamen aku selalu nyanyi dengan riang gembira, meski syairnya sedih. Prinsipku, orang sedih kan boleh saja bergembira. Soalnya, dulu kalau aku membawakan lagu-lagu sedih, teman-temanku pada kabur semua," katanya.

Berbekal kerja kerasnya, Iwan Fals kini telah menjadi penyanyi dan musisi yang berkarakter, kharismatik, sekaligus legendaris. Kehadirannya senantiasa dinanti para penggemar setianya. Ia kerap menyabet penghargaan, termasuk penghargaan penyanyi rekaman terbaik versi BASF 1995. Kini ia pun termasuk jajaran penyanyi termahal di Indonesia.

"Intinya aku senang menyanyi. Terus apa salahnya kalau dalam menyanyi itu ada manfaatnya buat kehidupanku. Sebab aku juga nggak mau jadi maling. Aku berharap dalam musik kehadiranku berarti. Syukur-syukur buat orang lain juga berarti," akunya

Iwan Fals Simbol Gerakan Rakyat
Siapa yang tak kenal dengan Iwan Fals? Dialah salah satu legenda Indonesia yang telah mendedikasikan hidupnya di jalur musik sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Bukan hanya itu, lagu-lagu Iwan Fals pun memiliki karakter kuat yang selalu melekat di hati penggemarnya.
Lirik lagu Iwan Fals kebanyakan mengusung masalah sosial, ekonomi, kemanusiaan, kritik atas perilaku sekelompok orang, bencana alam, dan empati terhadap kelompok marginal serta mengenai lingkungan hidup. Lirik lagu Iwan Fals sangat berbobot karena di tiap liriknya ia selalu mengangkat misi tertentu dan tidak hanya mengikuti tren pasar. Tidak seperti tren lagu saat ini.
Perjuangan Iwan Fals dalam mengumandangkan lagu-lagunya tidak bisa dibilang mudah. Ia memulai kariernya sebagai pengamen dari rumah ke rumah. Ketika album sarjana mudanya mulai banyak digemari, ia pun naik pentas. Banyak tawaran manggung yang datang padanya. Akhirnya, Iwan Fals pun memutuskan berhenti mengamen dan memilih berkarir di blantika permusikan Indonesia.
Tak berhenti di sini, perjuangan Iwan Fals mulai sering mendapat batu sandungan di masa orde baru. Pada masa ini, Iwan Fals sering mendapatkan ancaman dan pelarangan tampil karena diangap mampu memicu kerusuhan. Lirik Iwan Fals kala itu memang banyak yang mengusung kritik terhadap pemerintah dan dianggap terlalu keras pada masanya. Meskipun demikian, Iwan Fals tidak pernah berhenti berkarya.
Melalui tangan dinginnya, banyak lahir karya–karya fenomenal. Ia menyuarakan jerit hati rakyat melalui suara emasnya. Ia menuliskan ratapan hati para kaum lemah melalui lirik-lirik merakyatnya. Ia sentil kebijakan pemerintah melalui lagu-lagu puitisnya. Dialah simbol gerakan rakyat. Dialah simbol suara rakyat yang sering tak didengar kalangan elit politik. Dialah legenda hidup yang seharusnya mampu menginspirasi lahirnya iwan-iwan muda.
Iwan Fals memang sosok putra bangsa yang memiliki impian dan loyalitas tinggi dalam bermusik. Misi yang ia angkat di setiap lirik lagunya membuat Iwan Fals selalu dicintai oleh penggemarnya di berbagai jenjang usia. Semangat yang terus berkobar meski di usia senja, menobatkan Iwan Fals sebagai simbol gerakan rakyat yang sejati.

Dari kecil aku bercita-cita jadi tentara. Untuk memperjuangkan cita-citaku itu, aku menekuni olahraga. Aku aktif di bidang beladiri, silat, karate, kung fu, juga jenis olahraga yang lain, seperti sepakbola, basket, dan volly. Di bidang olahraga aku sempat berprestasi. Pernah juara II Karate Tingkat Nasional, terus pada 1989 Juara IV Karate Tingkat Nasional. Aku sempat masuk pelatas. Aku juga sempat melatih karate di tempatku kuliah, STP (Sekolah Tinggi Publisistik)
Tapi ternyata musik lebih menarik-narik. Musik aku rasakan lebih menggelitik. Olahraga aku ambil untuk kesehatan saja. Filosofi menang-kalah aku hilangkan. Kalau terjun di dunia olahraga, di sana selalu saja ada yang menang atau kalah. Sementara, aku kan lembut. Jadi, kalau melihat musuh kalah dalam komite Karate, ya aku trenyuh juga. Makanya, kalau mau ikut perlombaan, nomor komite aku tinggalkan. Aku ambil Kata Perorangan. Jadi benar-benar seni karatenya. Dan aku ambil nilai sportivitasnya.Saat bergabung dengan kelompok SWAMI, aku mulai serius di musik. Waktunya memang telah disepakati, 3 tahun. Setelah itu, bubar. Jadi memang proyek SWAMI cuma 3 tahun, bukan karena ada persoalan.Di Swami banyak hikmah yang dapat kuambil. Kita kan makhluk sosial yang tidak mungkin lepas dari pengaruh orang lain. Pasti ada pengaruh, dari dalam atau dari luar.Dari situ syair-syairku jadi berubah. Aku menilai mulai ada pengendapan, tidak lagi frontal. Juga mulai universal. Apakah itu suatu kemajuan atau kemunduran, aku tidak tahu. Yang aku tahu ada perubahan dalam syair-syairku, dan menurutku itu wajar saja. Namun, kalau misalnya basic musikku "merah", paling akan berubah jadi "merah tua" atau "merah muda". Nggak mungkin berubah menjadi "hitam", "hijau", "kuning", atau biru".Aku berharap dalam musik kehadiranku berarti. Syukur-syukur buat orang lain juga berarti.Aku menulis syair inspirasinya lebih banyak dari hati. Dari sana aku lebih merdeka dan bebas mengekspresikan diri. Aku merasa tidak ada tekanan dari manapun, seperti pesanan teman, pesanan produser, atau tekanan dari diri sendiri.Dulu, proses penulisan syair bermula dari baca koran, lantas bikin syair. Sekarang penulisan syairku tak harus berangkat dari membaca koran. Terkadang syair yang aku bikin tak ada kaitannya dengan peristiwa yang terjadi. Bukan berarti aku ingin merenung atau kontemplasi. Tapi aku tetap baca koran. Dengan membaca terus tanpa mengeluarkan langsung, aku lebih memperkaya perbendaharaan kata.Dalam membuat lagu aku juga tidak menunggu mood. Aku setiap ahri bikin lagu. Seperti petani, dari Subuh dia bangun ambil pacul langsung pergi ke sawah dan mencangkul. Tidak pernah berpikir harus mencangkul yang mana dan nggak pernah berpikir mau tumbuh atau keserang hama.Saja juga seperti aku. Perkembanganku sekarang begitu juga. Aku tidak pernah berniat bikin lagu. Yang aku lakukan, pagi ambil gitar, entah apa jadinya. Latihan jari saja, atau bikin syair, nggak tahu. Aki baca buku, baca koran. Nggak diniat, "aku mau bikin lagu".Aku masuk televisi setelah tahun 1987. Rekaman pertama tahun 1979. Waktu siaran Manasuka Siaran Niaga di TVRI, sempat sih lagu Oemar Bakri keluar di TVRI.Pendapatanku waktu itu masih keci. Waktu itu aku dibayar murah. Sekitar Rp 1,5 juta satu album dengan sistem jual putus. Pendapatan sebesar itu nggak cukup untuk kebutuhan anak satu. Ditambah Yos (Rosana) mengandung Cikal. Sudah pasti kebutuhan meningkat. Ditambah lagi harga-harga barang naik. Sampai 1983 aku nggak bisa mencukupi benar. Begitu lewat 1983, aku mulai bisa bernapas.Nah, untuk menutupi kebutuhan keluarga, karena aku nggak ada kerjaan lain selain bernyanyi, aku mengamen. Terkadang dengan mobil colt abu-abu aku ngompreng. Dengan mobil itu aku narik penumpang sendiri. Istilahnya tarikan gelap. Keluarag tidak tahu. Sebab aku narik omprengan pas aku pulang dari studio. Lumayan, mobilku dapat penumpang 15. Tapi tidak kulakukan secararutin.Intinya aku senang menyanyi. Terus apa salahnya kalau dalam menyanyi itu ada manfaatnya buat kehidupanku. Sebab aku juga nggak mau jadi maling.Memang pandangan masyarakat waktu itu menganggap pengamen identik dengan pengemis. Maka dari itu jarang sekali pengamen yang beroperasi.Style-ku saat ngamen biasa saja. Tidak berpenampilan seperti gembel. Memang waktu itu celana robel di dengkul, tapi saat itu memang sedang trend seperti itu.Orang tidak tahu aku ngamen. Orang tuaku sempat bingung aku tidak pernah mengeluh soal keuangan. Suatu hari aku ngamen di kompleks ABRI. Waktu itu ibuku sedang arisan di sana. Eh, teman ibuku tahu aku ngamen. Terus teman ibuku tanya sama ibu, "Anak ibu ngamen ya?" Aku terus dimarahi.Bakat seniku memang menurun dari orang tuaku, kedua orang tuaku senang musik. Ibuku malah senang difoto, ayah senang lukis. Sewaktu kecil aku sudah punya piano. Di rumah terkadang berisik, kalau sedang waktu-waktu sholat sering dimarahi. Orang tuaku ketat dalam mendidik soal agama. Hasilnya, aku pernah mendapat juara adzan tingakat DKI ketika masih SD.Masa kecilku akrab dengan harmonika. Dulu pernah dikasih harmonika merk Hero. Di depan kunci C dan di sisi lainnya kunci G. aku nggak belajar secara khusus, karena harmonika kan tinggal niup saja.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan terhadap pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.Beberapa konser musiknya pada tahun '80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik laguDemokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.[ Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personel SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun band-nya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu..

Iwan lahir dari pasangan Lies (ibu) dan Kolonel Anumerta Sucipto (ayah). Iwan menikahi Rosana yang akrab disapa "Mbak Yos", hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga anak yaitu, Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi drummer kelompok BUNGA dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya tahun 1997.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).

Nama Cikalbakal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judulAnisa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri,.

Pada tahun 2002, Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri. Dia pun mulai bangkit dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat laguHadapi Saja yang bercerita tentang kehilangan Gilang. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan tidak seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.

Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugreahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]

Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia, Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggotnya dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.


Alasan saya mengidolakannya adalah: beliau dapat "membaca" permasalahan yang ada dan dapat menyampaikannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk musik yang dapat dimengerti dengan mudah, serta beliau dapat dijadikan inspirasi bagi kalangan yang disebut antikemapanan

<Adtya Dwi Cahya>..




0 komentar:

Posting Komentar